dalam shalat Tarawih ada beberapa ‘versi’ ada yang melaksanakan 11 rakaat termasuk witir, ada yang 23 rakaat termasuk witir, ada juga yang 39 rakaat termasuk witir.
Kenapa bisa berbeda & yang mana yang benar ?
Spoiler for kenapa berbeda ?:
1.Yang melaksanakan shalat Tarawih 11 Rakaat karena hadist nabi dari Aisyah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW sering melakukan shalat malam tidak lebih dari 11 raka’at 2.Yang melaksanakan Shalat Tarawih 23 rakaat, kerena mengikuti Umar bin Khatab. Umar bin Khattab menyaksikan adanya fenomena shalat tarawih terpencar-pencar di dalam Masjid Nabawi. Umar memerintahkan Ubay bin Kaab untuk memimpin para sahabat melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah dengan 23 Rakaat. 3.Yang melaksanakan Shalat Tarawih 39 rakaat, mengikuti shalat pada zaman Umar bin Abdul Aziz, kaum muslimin shalat tarawih hingga 36 rakaat ditambah witir 3 rakaat. Lalu yang mana yang Benar ?
Spoiler for ini dia jawabannya:
Ada beberapa dalil mengenai Shalat malam di bulan Ramadhan, Tapi tidak ada yang membahas mengenai jumlah Rakaatnya. Imam Syafi’i berkata, “Jika shalatnya panjang dan jumlah rakaatnya sedikit itu baik menurutku. Dan jika shalatnya pendek, jumlah rakaatnya banyak itu juga baik menurutku, sekalipun aku lebih senang pada yang pertama.” Selanjutnya beliau mengatakan bahwa orang yang menjalankan tarawih 8 rakaat dengan 3 witir dia telah mencontoh Rasulullah, sedangkan yang menjalankan tarawih 23 rakaat mereka telah mencontoh Umar, generasi sahabat dan tabi’in. Bahkan, menurut Imam Malik, hal itu telah berjalan lebih dari ratusan tahun Menurut Imam Ahmad, tidak ada pembatasan yang signifikan dalam jumlah rakaat tarawih, melainkan tergantung panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Imam Az-Zarqani mengkutip pendapat Ibnu Hibban bahwa tarawih pada mulanya 11 rakaat dengan rakaat yang sangat panjang, kemudian bergeser menjadi 20 rakaat tanpa witir setelah melihat adanya fenomena keberatan umat dalam melaksanakannya. Bahkan kemudian dengan alasan yang sama bergeser menjadi 36 rakaat tanpa witir (lihat Hasyiyah Fiqh Sunnah: 1/195) Dari keterangan di atas, jelas akar persoalan shalat tarawih bukan pada jumlah rakaat. Tapi, pada kualitas rakaat yang akan dikerjakan. Jadi kita tidak perlu berdebat atau berselisih paham mengenai jumlah raka’at, yang penting adalah kita shalat dengan khusyu’ berapapun raka’atnya.
No comments:
Post a Comment