Mahasiswa atau Siswa adalah harapan suatu bangsa untuk terciptanya sebuah perubahan yang cukup memungkinkan. Ada lebih banyak kalangan menilai bahwa pendidikan atau sekolah adalah jaminan manusia untuk menjadikan dirinya lebih memahami hidup dan mencari kehidupan semestinya.
Wajib belajar atau bisa dinamakan sekolah selama 9 tahun minimal adalah bukan waktu yang cukup singkat. Apalagi sebagai orang tua yang begitu sangat menginginkan anaknya untuk menjadi seorang terpelajar. Butuh biaya tidak sedikit untuk mencapai mimpi semacam itu. Meski adanya program minimal belajar 9 tahun dimana dengan terbitnya sebuah bantuan untuk mendongkrak perekonomian rakyat, sehingga tidak kemudian memikirkan soal biayaya belajar atau disebut sekolah.
Akan tetapi, jika dianggap adanya program semacam itu bisa menjadikan siswa cerdas itu adalah sebuah kesalahan besar. Kenapa begitu? Jelas, mestinya kita itu mempertanyakan sistem belajar-mengajarnya, bukan malah soal biayaya. Dan apakah hari ini sistem belajar-mengajar sudah sampai pada keinginan orang tua siswa atau mahasiswa, atau pengajar hanya berupaya untuk menuntaskan atau membunuh kewajibannya sebagai pengajar?
Sedikit saya ingin memaparkan arti sekolah dan bagaimana seharusnya. Jika ditarik ke belakang berdasarkan sejarah asal katanya, “school” atau sekolah berasal dari bahasa Yunani “skhole” yang artinya “free time” (waktu senggang). Kata ini juga mencakup pengertian “dengan cara apa waktu luang dimanfaatkan."
Upaya yang mestinya disodorkan adalah, bagaimana menciptakan suatu ruang yang nyaman sehingga kaum pelajar mampu menyerap pendidikan yang disampaikan oleh para pengajar.
Ke 2, pengajar yang mampu mengemban tanggung jawab besar, sehingga tidak hanya sekedar membunuh tanggung jawabnya sebagai pengajar, Dan yang terakhir adalah mahasiswa, atau siswa tidak selalu berpendapat bahwa pengajar adalah sosok yang pantas dibenarkan.
Ketika kesemuanya itu sudah benar terlaksana. Maka, upaya untuk mencitakan pendidikan yang mampu mencetak mahasiswa terdidik akan segera tiba sesuai keinginan orang tua siswa atau mahasiswa itu sendiri.
Penulis Lepas : Zainul Anshori Selaku Pegiat Gerakan Situbondo Membaca (GSM). & Gerakan Pemuda Sosial (Gepsos).
Wajib belajar atau bisa dinamakan sekolah selama 9 tahun minimal adalah bukan waktu yang cukup singkat. Apalagi sebagai orang tua yang begitu sangat menginginkan anaknya untuk menjadi seorang terpelajar. Butuh biaya tidak sedikit untuk mencapai mimpi semacam itu. Meski adanya program minimal belajar 9 tahun dimana dengan terbitnya sebuah bantuan untuk mendongkrak perekonomian rakyat, sehingga tidak kemudian memikirkan soal biayaya belajar atau disebut sekolah.
Akan tetapi, jika dianggap adanya program semacam itu bisa menjadikan siswa cerdas itu adalah sebuah kesalahan besar. Kenapa begitu? Jelas, mestinya kita itu mempertanyakan sistem belajar-mengajarnya, bukan malah soal biayaya. Dan apakah hari ini sistem belajar-mengajar sudah sampai pada keinginan orang tua siswa atau mahasiswa, atau pengajar hanya berupaya untuk menuntaskan atau membunuh kewajibannya sebagai pengajar?
Sedikit saya ingin memaparkan arti sekolah dan bagaimana seharusnya. Jika ditarik ke belakang berdasarkan sejarah asal katanya, “school” atau sekolah berasal dari bahasa Yunani “skhole” yang artinya “free time” (waktu senggang). Kata ini juga mencakup pengertian “dengan cara apa waktu luang dimanfaatkan."
Upaya yang mestinya disodorkan adalah, bagaimana menciptakan suatu ruang yang nyaman sehingga kaum pelajar mampu menyerap pendidikan yang disampaikan oleh para pengajar.
Ke 2, pengajar yang mampu mengemban tanggung jawab besar, sehingga tidak hanya sekedar membunuh tanggung jawabnya sebagai pengajar, Dan yang terakhir adalah mahasiswa, atau siswa tidak selalu berpendapat bahwa pengajar adalah sosok yang pantas dibenarkan.
Ketika kesemuanya itu sudah benar terlaksana. Maka, upaya untuk mencitakan pendidikan yang mampu mencetak mahasiswa terdidik akan segera tiba sesuai keinginan orang tua siswa atau mahasiswa itu sendiri.
Penulis Lepas : Zainul Anshori Selaku Pegiat Gerakan Situbondo Membaca (GSM). & Gerakan Pemuda Sosial (Gepsos).
No comments:
Post a Comment