"Pak, Bu.. Covid-19 masih parah. Bahaya kalau sekolah dibuka. Siapa yang berani menjamin anak-anak tidak ketularan Corona di sekolah? Ada satu saja anak atau guru kena Corona, sekolah bisa ditutup. Bisa ambyar semuanya"
Ada benarnya, tapi kurang kuat argumennya. Begini ya. Coba simak 5 alasan sekolah harus dibuka, yaitu :
Satu...
Sekolah lebih terjaga. Dengan penerapan protokol kesehatan, perilaku anak-anak lebih mudah dikontrol. Coba perhatikan anak-anak di rumah. Bagaimana perilaku anak-anak. Apakah ada yang mengontrol perilaku mereka atau anak-anak itu bebas sesuka hatinya.
Dua..
Bahaya jika ada yang ketularan. Coba perhatikan pergaulan anak-anak. Dengan siapa anak bermain. Dimana mereka berada saat orang tuanya nggak ada. Sedang apa mereka. Benarkah mengerjakan tugas gurunya. Bahkan anak-anak juga bisa ketularan orang tuanya karena justru yang sering keluar rumah adalah ayah dan ibunya.
Tiga...
Anak-anak makin liar. Orang tua nggak ada. Saudara kerja. Tapi di tangannya pegang hape. Dari hape itu, ada yang tahu situs apa yang dibuka. Satu hari, satu minggu, satu bulan anak-anak pegang hape tanpa kendali. Liar sudah pikirannya. Liar pula perilakunya.
Empat...
Hilangnya nilai-nilai. Secanggih apapun teknologi takkan mungkin bisa menggantikan peran guru. Karena satu hal, yaitu nilai-nilai. Guru itu tak sekadar mengajar, tapi juga memberikan nilai-nilai untuk mencetak anak-anak agar memiliki perilaku yang baik. Justru teknologi sering merusak nilai-nilai itu jika tak dikendalikan.
Lima...
Makin tumpulnya otak anak. Otak nggak pernah diasah bakatnya. Nggak pernah dilatih potensinya. Gimana tidak tumpul kalau keseharian cuma pegang hape. Anak-anak itu bermain game online bersama teman-temannya. Bisa juga lihat film dewasa. Jangan dikira anak-anak itu belajar 24 jam. Nggak ya....
No comments:
Post a Comment