Friday, July 17, 2020

Penindasan Jepang Terhadap Mandor! Sejarah Kelam Pada 28 Juni 1944

Penindasan Jepang Terhadap Mandor! Sejarah Kelam Pada 28 Juni 1944

Berbicara soal "mandor" pasti sudah banyak yang tahu arti definisinya. Tapi apakah kalian tahu ada suatu kecamatan di Kalimantan Barat yang bernama Mandor. Tidak jauh dari Pontianak, Mandor berbatasan langsung sebelah timur dari Ibukota provinsi Kalimantan Barat tersebut. Mandor dulunya masuk wilayah Kabupaten Pontianak namun kini sudah masuk dalam wilayah Kabupaten Landak.

Penindasan Jepang Terhadap Mandor! Sejarah Kelam Pada 28 Juni 1944
Peta Kabupaten Landak / Sumber

Daerah Mandor ini pernah jadi saksi atas pembantaian ribuan orang oleh tentara Jepang. Peristiwa yang kemudian dinamakan dengan Peristiwa Mandor ini menjadi salah satu kisah kelam dalam sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. Pembantaian massal ini menurut catatan sejarah terjadi pada tanggal 28 Juni 1944.

Quote:


Untuk mengetahu lebih lanjut bagaimana Peristiwa Mandor ini terjadi, maka ane akan membahasnya di thread ini.


Penindasan Jepang Terhadap Mandor! Sejarah Kelam Pada 28 Juni 1944

Awal Mula Kedatangan Jepang

Penindasan Jepang Terhadap Mandor! Sejarah Kelam Pada 28 Juni 1944
Pesawat Tempur Jepang / Sumber

Awalnya kedatangan bala tentara Jepang di Kalimantan Barat tepatnya di Pontianak pada hari Jumat tanggal 19 Desember 1941. Saat itu pesawat Jepang membombardir Pontianak sehingga jatuh korban dari tentara Belanda maupun sipil, beberapa tentara Belanda lari ke pedalaman Kalimantan. Tepat tanggal 2 Februari 1942 barulah Jepang menginjakkan kaki pertama kali di kota Pontianak. Saat itu masyarakat setempat menerima kedatangan Jepang karena beranggapan sebagai pembebas penjajahan barat.
Melalui strategi propaganda yang populer saat Perang Dunia II, Jepang berhasil memperdayai masyarakat Pontianak. Jepang menyatakan diri sebagai saudara tua dan menebar janji membebaskan negara-negara di Asia dari penjajahan barat. Melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan menyatukan seluruh rakyat Asia dengan membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.


Penindasan Jepang Terhadap Mandor! Sejarah Kelam Pada 28 Juni 1944
Gerakan Tiga A / Sumber

Akan tetapi masyarakat mulai sadar akan maksud tertentu dari Jepang ini. Saat itu Jepang melarang adanya aktivitas politik yang berada di wilayah Pontianak. Semakin hari kehidupan masyarakat dibidang sosial maupun ekonomi kian sulit. Jepang juga mendirikan beberapa rumah bordir yang wanita penghiburnya diambil paksa dari rumah-rumah penduduk. Sedangkan secara ekonomi bahan kebutuhan pokok sangat sulit didapatkan karena Jepang sengaja memblokade distribusi kebutuhan pokok tersebut. Akhirnya banyak masyarakat yang melarikan diri ke daerah lain, salah satunya ke daerah Mandor.

Peristiwa Mandor ini terjadi saat Jepang sudah mencium akan adanya aksi perlawanan dari masyarakat. Saat itu Sultan Pontianak Syarif Muhammad Alkadrie mengundang seluruh kepala swapraja, yaitu Sultan dan Panembahan di seluruh Kalimantan Barat ke Keraton Kadriyah. Inti dari undangan tersebut adalah membicarakan nasib kehidupan khususnya di Kalimantan Barat yang semakin lama semakin sulit. Akhirnya seluruh Sultan dan Panembahan sepakat bahwa untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan mengusir Jepang dari Kalimantan Barat. Mengetahui akan adanya rencana tersebut Jepang mulai menyusun strategi. Ditambah saat waktu yang berdekatan terjadi pemberontakan di Kalimantan Selatan sehingga Jepang merasa khawatir apabila pemberontakan juga terjadi di Kalimantan Barat.

Dengan jurus propaganda, Jepang mulai memberitakan di koran setempat bahwa adanya komplotan besar yang mendurhaka untuk melawan pemerintahan Jepang. Dengan alasan yang berbau rekayasa tersebut, Jepang melakukan langkah-langkah pencegahan yaitu mulai menangkap satu persatu pihak-pihak yang dicurigai dari berbagai kalangan.

Pada 23 Oktober 1943, aksi penangkapan dimulai dengan menahan sultan dan pengikutnya, tokoh masyarakat dan kaum cendikiawan. Beberapa kerabat dan tokoh-tokoh lain juga ditangkap dan tidak pernah kembali. Tidak hanya itu juga aksi penangkapan melebar sampai masyarakat umum khususnya di daerah Mandor, setidaknya laki-laki di atas umur 12 tahun tak luput dari penangkapan bala tentara Jepang. Sampai akhirnya pada tanggal 28 Juni 1944 merupakan puncak gelombang pembunuhan keji Jepang atas ribuan masyarakat Mandor. Pembantaian Jepang ini berhenti kala Sekutu sudah mulai masuk di wilayah Kalimantan Barat dan akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.



Perlawanan Suku Dayak terhadap Jepang

Atas perlakuan Jepang yang kejam dan tidak mengenal belas kasihan akhirnya benar-benar mendorong terjadinya perlawanan di Kalimantan Barat. Salah satunya dari Suku Dayak.

Penindasan Jepang Terhadap Mandor! Sejarah Kelam Pada 28 Juni 1944
Pejuang Dayak / Sumber

Perlawanan ini awalnya disebabkan seorang pejabat Jepang yang ingin menikah dengan seorang putri Dayak, namun tokoh tetua Suku Dayak tidak menyetujuinya sehingga timbul perkelahian antara orang Jepang dengan orang Dayak yang akhirnya terbunuhnya orang Jepang tersebut. Orang Dayak yang dimaksud adalah Pang Linggan dan Pang Suma. Ditambah Suku Dayak memang tidak menyukai sikap orang Jepang karena sering memukul dan menindas masyarakat suku Dayak.

Berita perlawanan tersebut terdengar Jepang hingga ke Pontianak sehingga dikirimkan pasukan Jepang untuk menghabisi pasukan Pang Linggan dan Pang Suma. Sempat memenangkan pertempuran pertama tersebut, akhirnya Pang Linggan dan Pang Suma gugur oleh pasukan Jepang dipertempuran kedua.



Dampak Kekejaman Jepang

Tercatat lebih dari 20.000 orang menjadi korban keganasan Jepang di wilayah Mandor dan sekitarnya. Bahkan ada keterangan yang menyebutkan target penangkapan yang direncanakan sebenarnya sejumlah 50.000 orang namun belum terlaksana secara maksimal dikarenakan saat itu Jepang kalah atas Sekutu.

Para korban pembunuhan bala tentara Jepang ini juga melebar sampai seluruh Kalimantan Barat. Namun memang yang paling banyak terjadi di wilayah Mandor. Sebagaimana diketahui Jepang menaruh curiga kepada para pemimpin Sultan dan Panembahan di Kalimantan Barat sehingga setidaknya ada 12 korban dari kalangan tersebut, antara lain:

1. Syarif Muhammad Alkadrie (Sultan Pontianak)
2. Gusti Muhammad Thaufik Aqamaddin (Panembahan Mempawah)
3. Sultan Muhammad Ibrahim Tsafioedin (Sultan Sambas)
4. Gusti Abdul Hamid (Panembahan Ngabang)
5. Gusti Saoenan (Panembahan Ketapang)
6. Tengku Idris (Panembahan Sukadana)
7. Gusti Mesir (Panembahan Simpang)
8. Ade Muhammad Arief (Panembahan Sanggau)
9. Gusti Djafar (Panembahan Tayan)
10. Gusti Kelip (Panembahan Sekadau)
11. Raden Abdulbahri Danu Perdana (Panembahan Sintang)
12. Syarif Saleh Al-Idrus (Panembahan Kubu)

Penindasan Jepang Terhadap Mandor! Sejarah Kelam Pada 28 Juni 1944
Sultan Syarif Muhammad Alkadrie / Sumber

Bahkan Sultan Syarif Muhammad Alkadrie ditangkap bersama ketiga anak laki-lakinya dan kerabatnya. Sekitar 30 anggota kerabatnya turut menjadi korban. Pada 12 korban Sultan dan Panembahan tersebut akhirnya menimbulkan dampak terganggunya pemerintahan feodal lokal di seluruh Kalimantan Barat.

Dampak keganasan Jepang juga menimbulkan luka yang mendalam bagi masyarakat Kalimantan Barat. Banyak anggota keluarga dan kerabat yang terbunuh, tak jarang banyak anak kecil sudah menjadi yatim piatu. Dampak dari peristiwa ini juga hilangnya kaum cendikiawan sehingga membuat daerah ini kehilangan generasi orang-orang terpelajar dan berpengaruh. Beberapa diantaranya dari kalangan tenaga kesehatan, pengajar, jaksa, operator radio dan tokoh politik.


Quote:

No comments:

Post a Comment